Yakin Masih Cape Sama Hidup Ini ?

#serpihan‬ Tauhid#

#jama‬'ah :
"Ustadz, kenapa kok saya ngerasa bosen ya dengan hidup saya yang gini-giniiii terus...
Ga ada variasinya Tadz, ga ada nikmatnya.
Hidupku hambar pak Ustadz. Apalagi masalah saya itu ituuuu aja...
Bosen saya Ustadz...
Pengen bahagia tapi ko sulit ya Tadz?"

#ustadz‬ :
"Ooow.... itu tho...
Mungkin saat ini Alloh juga lagi bosen sama ibu."

#Jama'ah :
"Alloh bosen sama saya Ust?
Gimana maksudnya tuh ust?"

#Ustadz :
"Mungkin Alloh "capek" nyari ibu tapi ga pernah ketemu.

✏Dicari diantara ahli dhuha, ibu ga ada.
✏Diantara ahli tahajud juga ga ada.
✏Diantara ahli puasa sunnah, ibu juga ga ada.
✏Diantara ahli sedekah, ibu juga ga keliatan.
✏Diantara ahli Quran, ibu juga ga ada di sana.
✏Diantara ahli haji, tabungan pun ibu blm punya.
✏Diantara ahli masjid, ibu jarang.
✏Diantara orang-orang khusyuk sholatnya, ibu juga ga ada.
✏Bahkan ibu dicariin diantara mereka yg ahli menutup aurat, tetep juga ga ketemu.

✏Ibu masih minimalis cari yg praktis, tipis, junkis biar isis.

Trus Alloh mesti mau nyari ibu kemana lagi Buuu...?"

#Jama'ah :
"????? *Tear*

Beri kami kemudahan utk taat dan cinta ketaatan padaMu ya Rabb... Aamiin

Apa Yang Bisa Aku Berikan dan Bukan Apa Yang Bisa Aku Dapatkan.

Seekor anjing tampak menatapi tingkah seekor kuda yang berlari-lari tak jauh dari hadapannya. Sang kuda begitu ceria. Sesekali, kuda menggoyangkan kepalanya seperti sedang berdendang riang. Anjing pun mengubah wajah cemberutnya dengan bersuara ke arah kuda.
"Kamu begitu bahagia, kuda?" tanya sang anjing menampakkan wajah penasaran. Padahal, di masa kering seperti ini, sebagian besar penghuni padang rumput terjebak kehidupan yang begitu sulit.
"Ya, aku bahagia!" ucap kuda sambil terus berlari kecil seraya tetap mengungkapkan keceriaannya.
"Kamu tidak merasa susah di masa kering seperti ini?" tanya anjing dengan wajah masih muram.
"Tidak!" jawab kuda singkat. Gerakan larinya makin melambat. Dan, sang kuda pun menghentikan langkahnya di depan sang anjing.
"Apa kamu sudah kaya, temanku?" tanya si anjing serius. Yang ditanya tidak memberikan reaksi istimewa. Kuda cuma menjawab pelan, "Tidak!"
"Mungkin kamu sudah punya rumah baru seperti kura-kura, keong, atau yang lainnya?" tanya anjing tetap menunjukkan rasa penasaran. Kuda hanya menggeleng.
"Mungkin kamu sudah bisa menghasilkan mutiara seperti para kerang di laut?" tanya sang anjing lagi. Lagi-lagi, kuda menggeleng. "Lalu? Kenapa kamu begitu bahagia?" sergah anjing lebih serius.
"Entahlah," jawab kuda sambil tetap menunjukkan wajah cerianya. "Aku bahagia bukan karena punya apa-apa. Aku bahagia karena bisa memberi apa yang kupunya: tenaga, kecerdasan, bahkan keceriaan," jelas kuda begitu panjang.
"Itukah yang membuatmu bahagia dibanding aku?" tanya anjing mulai menemukan jawaban menarik.
"Aku merasa bahagia dan kaya karena selalu berpikir apa yang bisa kuberikan. Dan bukan, apa yang bisa kudapatkan," tambah si kuda yang mulai beranjak untuk kembali berlari. **
=================
Manis pahit kehidupan kadang bergantung pada bagaimana kita memandang. Dari situlah sikap diri akan menemukan cermin. Kalau hidup dipandang dengan wajah muram, maka cermin akan memantulkan sikap susah, suram, dan tidak mengenakkan.
Cobalah letakkan mata hati kita di tempat yang nyaman untuk memandang hidup ini secara positif. Maka, kita akan menemukan energi baru tentang bagaimana mengarungi hidup.
Dari situlah, sikap yang muncul persis seperti diungkapkan sang kuda, "Aku merasa bahagia karena selalu berpikir apa yang bisa kuberikan. Bukan, apa yang bisa kudapatkan." (muhammadnuh@eramuslim.com)